Selasa, 27 Mei 2014

KUBISME ala PABLO PICASSO

KUBISME ala PABLO PICASSO

“ Sebuah Perspektif Baru Seni Rupa Barat Abad 20”
 
Kubisme
Kubisme adalah gaya abstrak formalistik yang pertama-tama berkembang seiring dengan Ekspresionisme sebelum Perang Dunia I. Istilah Kubisme dapat digunakan secara umum untuk menunjukkan semua gaya abstrak geometrik pada abad ke-20 atau secara terbatas menunjukkan gerakan-gerakan awal khususnya Kubisme Analitik dan Kubisme Sinthetik. Tokoh Kubisme adalah Pablo Picasso dan Georges Braque.
Pablo Picasso (lahir 25 Oktober 1881 – meninggal 8 April 1973 pada umur 91 tahun)  adalah seorang seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20. Jenius seni yang cakap membuat patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881 dengan nama lengkap Pablo (atau El Pablito) Diego José Santiago Francisco de Paula Juan Nepomuceno Crispín Crispiniano de los Remedios Cipriano de la Santísima Trinidad Ruiz Blasco y Picasso López. Ayahnya bernama Josse Ruiz Blasco, seorang profesor seni dan ibunya bernama Maria Picasso Lopez.
Pendidikan
Picasso memiliki sifat yang selalu ingin belajar. Perbedaan kota atau negara bukan suatu halangan untuk memperoleh beragam ilmu. Di usia 14 tahun, ia lulus ujian masuk School of Fine Arts di Barcelona dan dua tahun pindah ke Madrid untuk belajar di Royal Academy. Tak lama kemudian dia kembali lagi ke Barcelona dan bergabung di Els Quatre Gats, tempat para penyair, artis dan kritikus untuk tukar menukar ide yang didapat dari luar Spanyol. Pada usia 23 tahun, Picasso pindah ke Paris, kota pusat seni dunia pada masa itu.
Banyak seniman-seniman masyhur ditandai oleh satu macam gaya dasar. Tidaklah demikian Picasso. Dia menampilkan ruang luas dari berbagai gaya yang mencengangkan. Kritikus-kritikus seni memberi julukan seperti "periode biru", "periode merah muda", "periode neo-klasik", dan sebagainya. Dia merupakan salah satu dari cikal bakal "Kubisme," Dia kadang ikut serta, kadang menentang perkembangan-perkembangan baru dalam dunia lukis-melukis modern. Mungkin tak ada pelukis dalam sejarah yang sanggup melakukan karya dengan kualitas begitu tinggi dengan lewat begitu banyak gaya dan cara.
Picasso menghasilkan 20.000 karya dalam hidupnya. Yang menarik, Picasso sering berganti gaya lukisan. Ini bisa terjadi karena Picasso memiliki banyak teman. Seperti dari gaya lukisan biru dan merah jambu (karena lukisan didominasi warna biru dan merah jambu) berubah drastis ke gaya kubisme, akibat pengaruh pertemanannya dengan Georges Braque.
Karya Picasso yang sangat terkenal adalah Les Demoiselles d’Avignon (Gambar ). Karya Picasso ini mendapat pengaruh lukisan-lukisan Post-Impresionisme Cezanne yang menggunakan tema orang berenang, tetapi dengan abstraksi lebih lanjut pada distorsi anatomi tubuh manusia. Penyederhaan geometrik pada figur-figur telanjang memberi inspirasi pada perkembangan Kubisme selanjutnya. Dua wajah yang mirip topeng mendapat pengaruh dari seni patung Afrikan.


Kubisme Analitik
Dalam Kubisme Analitik objek-objek diamati dari berbagai sudut pandang. Lukisan menjadi catatan analisis seniman tentang sudut pandang yang bervariasi yang dikombinasikan secara simultan. Sebagai contoh, bentuk figur mungkin di dan bagian-bagiannya direduksi menjadi bentuk-bentuk geometrik sederhana yang disusun dalam bidang-bidang miring dalam komposisi. Lukisan-lukisan Kubisme Analitik dikerjakan
dengan kisaran warna yang terbatas, misalnya coklat, hijau, dan biru yang kusam. Formalisme pada lukisan-lukisan ini berlawanan dengan estetika Ekspresionisme.
Picasso bekerja sama dengan pelukis Perancis Georges Braque (1882-1963) dalam mengembangkan Kubisme Analitik. Mereka mengerjakan serangkaian lukisan eksperimental pada tahun 1909 sampai 1912. Dalam lukisan Braque, Houses at L’Estaque (1908), rumah-rumah diabstraksikan sebagai bentuk-bentuk kubistik dan dikerjakan dalam kisaran warna hijau dan abu-abu kecoklatan yang redup. Tahap kematangan Kubisme Analitik dicapai dalam karya Braque The Portuguese (1911), dan juga dalam lukisan-lukisan manusia dan alam benda karya Picasso yang menggunakan abstraksi secara lebih radikal.

Kubisme Sintetik
Picasso dan Braque menemukan Kubisme Sintetik pada tahun 1912. Gaya ini mengembalikan warna dan tekstur pada seni lukis Kubisme. Dalam gaya ini mereka juga memasukkan bentuk-bentuk potongan sebagai unsur kolase dalam seni lukis, dan bahkan menyusun komposisi yang seluruhnya berupa kolase. Ketika Kubisme Sintetik berkembang lebih lanjut, lukisan kadang-kadang dikerjakan dengan meniru efek kolase, tidak menggunakan unsur kolase yang sesungguhnya.
Karya Picasso The Three Musicians (Gambar ) dikerjakan dalam gaya Kubisme Sintetik, menggunakan bidang-bidang datar dan warna dekoratif. Lukisan ini seluruhnya dikerjakan dengan cat minyak, tetapi tampak seperti kolase yang terdiri dari potongan-potongan kertas.

Fenand Léger (1881-1955)
Femand Léger mendapat pengaruh dari Kubisme Sintetik. Karyanya juga merespon isu-isu tentang abad industri moderen. Lukisan-lukisannya menampilkan bentuk-bentuk mekanik, didominasi oleh ikonografi mesin. Dalam The Cily (1919), bentuk-bentuk geometrik yang berwarna cerah mengesankan bentuk-bentuk industrial yang dikaitkan dengan kehidupan urban moderen. Bentuk-bentuk ini disusun dalam komposisi dengan bidang-bidang yang tumpang tindih. Bahkan figur manusia diabstraksikan sehingga tampak seperti robot.

Seni Patung Kubisme
Konsep Kubisme meluas sampai pada seni patung. Karya Picasso Guitar (1912) meninggalkan tradisi seni patung, karena karya itu tidak dikerjakan dengan teknik membentuk, teknik pahat, atau teknik cor, tetapi berupa konstruksi lempengan logam dan kawat.

Jacques Lipchitz (1891—1964) adalah salah satu pematung Kubisme yang penting di Paris. Secara khusus, ia mentransformasikan bentuk-bentuk datar Kubisme Sintetik kedalam bentuk pejal yang menyusut menjadi bidang-bidang. Man with a Guitar (1915), patung konstruksi dari batu gamping, adalah salah satu karya awal Kubisme yang terkenal. Karyanya selanjutnya Figure (1926—1930), meskipun pada dasarnya masih bergaya Kubisme, karya ini mengandung unsur ekspresi yang mungkin merupakan pengaruh patung Oseania atau Afrika.
MARI KEMBALI KE-ZAMAN TENGAH


          
           A.     Zaman Katakomba
1.      Seni Bangunan.
Ketika mulai meluasnya pengaruh agama Nasrani, Kerajaan Romawi sedang berada dipuncak kekuasaannya. Ajaran Agama Nasrani adalah sebagai penghalang besar terhadap perkembangan pandangan hidup pemeluk kepercayaan politeis. Yakni menyembah berbagai dewa seperti juga Bangsa Yunani.
Dalam keadaan yang masih goncang ini, kaum Nasrani belum dapat memikirkan pembangunan greja-greja.
Kaum Nasrani berkumpul di rumah-rumah orang bangsawan dan melakukan ibadat bersama disitu. Beberapa orang nasrani yang terkemuka menyarankan supaya ibadat atau kotbah-kotbah diadakan didalam ruangan kuburan sanak familinya yang berada di bawah tanah. Sehingga di bawah kota roma saja jumlah panjang seluruh liang ini lebih dari 800 Km, kadang bersusun lima tingkat. Liang-liang atau trowongan-trowongan inilah yang dinamakan katakomba .
Cara pembuatan katakomba itu di mana-mana sama saja pada dinding liang atau terowongan.
Cryptae-cryptae  tidak begitu dalam dari permukaan bumi diberi jalan udara dan mendapat juga cahaya matahari. Untuk penerangan orang Nasrani dipergunakan lampu-lampu minyak dari tembikar. Terowongan ini digunakan sebagai tempat persembunyian dan beribadat.
2.      Seni patung
Di dalam cryptae untuk orang-orang terkemuka, diletakan sarcophagus terbuat dari batu pualam. Pada dinding cryptae dibuat patung-patung yang menggambarkan kisah agama Nasrani. Beberapa patung ini masih ditemukan. Bentuk-bentuk pematungan masih memakai gaya patung Romawi. Sebab, meskipun orang Nasrani membawakan ajaran serta pandangan hidup baru, mereka belum membawakan pengaruh baru dalam pengkaryaan seni.
3.      Seni lukis.
Sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan liang-liang katakomba dan ruang-ruang ibadat ialah tulisan-tulisan pada kuburan-kuburan dan kisah-kisah yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Tulisan-tulisan merupakan ucapan-ucapan hormat dan cinta kasih kepada yang meninggal. Semua lukisan merupakan hiburan dan pendorong bagi yang hidup.
Karya seni lukis Nasrani kuno ini tampaknya memang masih sangat dipengaruhi seni lukis Romawi. Maka tidak jarang lukisan Nabi Isa yang terdapat dalam katakomba dibuat seperti Orpheus yang dengan nyanyiannya menjinakan binatang buas. Makhluk dalam kisah Andromeda dilukiskan sebagai ikan paus dalam hikayat yonas, peti kepunyaan Danae sebagai kapal Nabi Nuh.
Disamping itu muncul juga gambar-gambar motif Nasrani asli yang mumi. Lambang-lambang ini dipilih demikian rupa sehingga oleh orang-orang Nasrani yang percaya dan beriman dapat dipahami,seperti pelepah pohon zaitun,pelepah pohon palam, perahu, jangkar, pohon anggur, ikan, anak domba, burung dara, huruf dan monogram.
Jika kepercayaan Romawi dalam menanggaqpi suatu benda hanya lahiriahnya saja, tidak memberikan arti rohaniah, maka kaum Nasrani sebaliknya.
Lukisan-lukisan didalam katakomba bukanlah dimaksudkan sebagai lukisan yang menggambarkan keadaan sehari-hari, melainkan selalu membawakan pengertian keagamaan.

  1. ZAMAN BASILIKA
Kaisar Konstanti memberikan kebebasan kepada kaum Nasrani untuk menjalankan siar Agamanya. Dan dalam tahun 380 Kaisar Theodosius mengeluarkan pengumuman bahwa agama Nasrani telah dijadikan agama Negara.
Kaisar konstantin sendiri memulai dengan membangun gereja-gereja. Yang paling dulu ialah Santo Petrus di Roma. Bangunan-bangunan orang Romawi masih tetap dipakai, karena kaum nasrani sendiri belum mempunyai tempat yang berbentuk gereja-gereja sendiri seperti sekarang ini. Kesenian Nasrani dewasa itu dinamakan zaman Basilika.
Tiang-tiang dan kapital-kapital merupakan bentuk-bentuk hasil karya seni klasik, yakni gaya Lonia-Romawi dengan gaya Korintia-Romawi.
Orang Gotia peradabannya masih rendah,tetapi amat mengagumi bangunan-bangunan orang Romawi dan Bazantium. Kedua gereja Apollinaris dibangun semasa raja Theodorik berkuasa. Sebagian besar adalah peniruan Basilika Nasrani Kuno.

1.      Seni lukis
Di bidang seni lukis, lukisan-lukisan dinding merupakan teknik mozaik yang oleh bangsa Romawi dan Zaman berhala sudah dikerjakan pada lantai-lantai istana. Seniman-seniman Nasrani lebih pandai dalam mengatur warna dan lebih dapat memberi efek berkilau-kilau dengan mempergunakan kepingan-kepingan pualam berwarna atau beling-beling yang bercat perada. Seni mosaik Nasrani kuno  sama dengan karya orang Romawi, sama dalam kebebasan komposisi, efek warna, dan cahaya serta bayangan, dan sebagainya. Contoh-contoh yang indah adalah mozaik di makam Galla Placidia di Ravenna.
  1. BIZANTIUM ( ROMAWI TIMUR )
1.      Seni Bangunan
Kaisar Konstantin memindahkan tempat kediamannya ke Bizantium. Agar dia dapat lebih tenang memikirkan berbagai persoalan, menurut hematnya Bizantium lebih baik dari pada Roma.  Oleh karena kepindahannya ini nama Bizantium diganti dengan Konstantinepei. Semua bentuk bangunan di kota Roma ditirunya. Maka merekapun mendapat pula gaya dan cara sendiri dalam seni bangunannya.
Yang menjadi persoalan besar ialah , bagaimana mengkombinasikan bentuk gereja yang memanjang dengan kubah yang bulat. Hasil besar dari seni bangunan mereka ialah Aya Sophia baru yang dibangun dalam masa pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565).
2.      Seni Patung
Hasil karya pematungan yang berharga tidak dijumpai lagi sejak pendudukan orang Turki. Dari sisa-sisa yang amat sedikit tertinggal, ternyata dapat dilihat bahwa orang Bizantium di dalam seni tampak kasar. Pada kapital-kapital, juga relief bentuk tumbuh-tumbuhan dibuat demikian kasar.
Penggayaan yang kasar memberikan efek serta kesan monumental pada motif-motif dan menjadi karakter di Zaman Bisantium ini.
3.      Seni Lukis
Keping-keping (panel) kecil terbuat dari papan atau tembaga yang dilukis, disebut icon. Banyak dijumpai. Sebagai ciri khusus, tampak kekasaran dalam gaya. Ciri-ciri ini terdapat juga pada karya-karya gambar cat kaca dan mozaik-mozaik. Mozaik-mozaik di Aya Sophia oleh orang Turki telah dilabur, yang tadinya adalah hasil kesenian yang amat tinggi.
Setelah Kaisar Theodoran meninggal, Kaisar Justinianus memerintahkan menyelesaikan gereja-gereja yang terbengkalai di Revenna. Kemudian disuruhnya pula membuat mozaik yang menggambarkan baginda dengan permaisuri diiringi seisi istana. Jadi cara yang kasar dan kaku ini adalah ciri khas seni Bizantium yang berkesan dekoratif.