PERKEMBANGAN PESIKOLOGI SENI RUPA
ANAK
Tahapan perkembangan anak didalam dunia pesikologi seni rupa
anak :
·
Masa
corengan 2
– 5 Thn
·
Masa
garis 4
Thn
·
Masa
perlambangan terurai 5
– 6 Thn
·
Masa
realisme terurai 7
– 8 Thn
·
Masa
realisme cerapan 9
– 12 Thn
·
Masa
refresif 11
– 14 Thn
·
Masa
kebangkitan rasa artistik 15
Thn –
Mencorat coret tembok , mewarnai dan menggambar
merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi anak – anak . Lewat hal ini mereka
bisa menuangkan beragam imajinasi , suasana hati yang ada di benak mereka ,
biasanya gambar-gambar yang mereka hasilkan juga dapat menunjukkan tingkat
kreativitas dan suasana hati masing-masing anak .
Kebanyakan orang tua melarang
anaknya melakukan kegiatan – kegiatan seperti mencorat coret tembok , ya memang
sih mengganggu dan merusak keindahan dalam rumah akan tetapi jika anak – anak
di larang melakukannya hal itu akan menyebabkan terhambatnya proses tumbuh
kembangnya ke depan . misalnya : mereka tidak bisa berimajinasi lagi , mereka
tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka melalui coretan – coretan di tembok
atau di kertas .
Tahukah kalian Ayah dan Bunda ?
kepintaran anak tak hanya dinilai dari angka-angka yang tertera di raportnya
tiap semester atau hasil ujiannya? Sebagai orang tua, tentu kita ingin
angka-angka tinggi itu menghiasi setiap lembaran ujian atau halaman raport
anak. seringkali orang tua terus mendorong anak agar dapat mencapai nilai
akademik tertinggi. Anak baru dirasa “pintar” bila pelajaran Matematikanya
mendapat nilai A atau di atas rata-rata, sedangkan untuk pelajaran seni
biasanya tidak diperhitungkan. Akhirnya anak terus dipacu untuk belajar dan
hanya mengembangkan potensi otak kirinya saja. Hal-hal seperti ini sungguh
disayangkan karena faktanya kecerdasan sejati tidak diperoleh hanya dengan
mengembangkan salah satu bagian otak saja.
Otak merupakan organ inti kecerdasan
dan kemampuan berpikir manusia. Secara anatomi otak terbagi menjadi beberapa
bagian. Bagian terbesar disebut dengan Otak Besar dengan dua belahan yang terkenal
dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Menurut Prof. Roger Sperry (ahli neurologi),
otak cenderung membagi aktivitasnya menjadi dua, yaitu: aktivitas otak kiri dan
aktivitas otak kanan. Otak kiri berhubungan dengan logika, urutan bahasa angka,
angka dan analisa. Sedangkan otak kanan akan aktif bila berhubungan dengan
ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Riset yang dilakukan oleh Dr.
Robert Bloch dan Tony Iluxan membuktikan bahwa mengembangkan aktivitas otak
kiri dan kanan secara harmonis dan simultan akan menggandakan kemampuan dasar
secara sinergi. saat ini para orang tua di Indonesia masih lebih mementingkan
perkembangan otak kiri saja melalui hasil nilai akademik. Sedangkan untuk
perkembangan otak kanan seringkali diabaikan. Salah satu alasan yang membuat
para orang tua mengabaikan pelajaran seni antara lain disebabkan oleh faktor
ekonomisnya. Pelajaran seni biasa dihentikan dengan alasan biaya yang besar,
sementara di pihak lain secara praktis dianggap tidak menghasilkan keuntungan
material yang memadai.
Memang tidak bisa di pungkiri bahwa
kehidupan seniman saat ini sangatlah tidak terjamin kesejahteraan hidupnya ,
mereka hanya bergantung hidup pada lukisan mereka , mereka hanya menanti
kolektor lukisan untuk membeli lukisan mereka . Akan tetapi pembelajaran
tentang Seni pada anak tidak di tujukan agar anak menjadi seniman , atau
semacamnya . Hal ini di tujukan agar sang buah hati bisa mengekspresikan
dirinya di depan publik , bisa memegang alat tulis dengan benar , mengenali
perbedaan warna , bentuk , meningkatkan koordinasi otak – mata – tangan ,
meningkatkan daya motorik anak dan tentu saja meningkatkan IQ ( Intelegent
Quotiens ).
Jika kita bandingkan dengan
negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Perancis dan Jepang, sistem
pendidikan seni di negara kita jauh tertinggal. Dalam silabus pengajaran di
negara-negara tersebut tersisipkan pelajaran yang membantu anak untuk lebih
banyak mengetahui tentang seni, antara lain: seni dan mitologi. Pelajaran
tersebut membantu anak-anak untuk memahami tentang keindahan sebuah lukisan
yang terpajang sekaligus untuk mengetahui latar belakang pelukisnya atau
perspektif sejarah ketika lukisan itu digoreskan di atas kanvas. Sungguh
sesuatu yang berbeda apabila dibandingkan dengan kondisi di Indonesia. Cobalah
bertanya pada anak maupun pelajar yang ada di sekitar kita, dalam setahun
berapa kali sudah mengunjungi museum? Atau sudah berapa kalikah kita membawa
anak kita ke museum dan pameran seni?
Pada dasarnya, semua orang terlahir
dengan kreativitas masing-masing. Kreatifitas disini bisa diartikan dalam
banyak hal, tergantung aspek dan sudut pandangnya. Misalnya, diartikan sebagai
kemampuan untuk bisa membuat sesuatu yang baru, melihat lingkungan sekitar,
atau melihat sebuah hal dengan pandangan baru. Talenta atau bakat memang tidak
bisa diajarkan, namun dengan mengasah kemampuan panca indera, seperti mata,
telinga, dan pikiran mereka sejak dini, anak-anak pun terlatih untuk lebih
kreatif.
Jika anda seorang orang tua yang
masih memiliki anak kecil sudah sepantasnya lebih membuka pikiran dalam
mengembangkan kecerdasan dan potensi anak. Orang tua tidak dapat selamanya
mengukur keberhasilan hanya dari keberhasilan akademik, karena lebih dari itu,
perkembangan kreatifitas dan imajinasi juga turut berperan penting dalam
memaksimalkan fungsi otak sang buah hati. Pada intinya jangan pernah mengatakan
“jangan” pada anak. Karena selama ini, banyak dari para orang tua kadang saking
khawatirnya, malah jadi selalu melarang anak untuk berbuat banyak hal. Kalau
seperti ini, kreatifitas anak pun tidak akan terasah karena anak tidak
diberikan keleluasaan dalam melakukan berbagai aktifitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar